MBAHMARDI
changes for improvement

Puisi-puisi Stevanus Michael Wicaksono

Label:
- di bawah mendung -

titik hujan menari berselendangkan pelangi
berhiaskan mendung di wajahnya, kesepian seolah menanti untuk datang lagi
apa seperti ini meninggalkan arti
lalu pergi, tanpa pernah berjanji?

sepanjang musim mencatati waktu kembali
mengemasi rindu menjejali hati

masih berserakan di pipimu, air mata tak pernah bisa mendustai
dan tak pasti, apakah engkau tengah merajut mimpi
dengan benang-benang waktu yang mengusut

kusam muram dalam temaram

(100208)


- kepadamu -

kepadamu kupanjatkan segala waktu
menjejali hati dengan buluh-buluh rindu
pungguk bercermin di kolam

belanga sudah mengering
angin tak lagi berdenting

pasang palang perintang
putus utas meretas

seperti serigala-serigala mengerumuni pasar
atau bintang-bintang piara kesunyisepian
hujankah yang turun atau air matamu yang nanar
hingga malam berhenti beriuh berkoar?

bila segala waktu benar kupanjatkan kepadamu
apa sungguh jadi pemunah sejuta rindu?

(160208)


- perhentian dari sebuah cerita hidup -

setiap persimpangan punya cerita
apakah jalan akan dilanjutkan, atau langkah terhenti buat perlahan
sebab di setiap perjalanan tetap saja ada perhentian
menggoda, memintamu mengambil satu keputusan

apakah jalan akan dilanjutkan, atau langkah terhenti saja di tengah jalan
atau hanya sekedar mampir sejenak untuk mengusir waktu yang lelah berteman
dan memanggilnya kembali ketika kebisuan mulai beranjak bosan

sebab setiap persimpangan punya cerita
dan dari situlah, jalan hidup bisa dituliskan menjadi berbagai halaman
cinta dan benci, datang dan pergi
isak dan tawa, terhenyak dan terlupa
semuanya menggoda, memintamu mengambil satu keputusan

apakah jalan akan terus dilanjutkan
atau berhenti saja menunggu senja beranjak malam

(030506)

- di dekat kaki Tuhanku -

kutinggalkan malamku untuk berjaga menemanimu
selagi semua orang memilih untuk lari menyisakanmu
sendiri
sehingga kau berkubang dalam sepi
dalam peluh dan darahmu sendiri

sementara pasak dan paku sedang diasah
dan tiang-tiang dipancangkan
biarkan aku sebentar menjagamu
menghiburmu

rantai sudah dijalin dan cambuk tengah dirapikan
untuk menyambutmu di hari esok yang terakhir

dan nyaliku hanya meninggalkan kecut
membuatku segera menyingkir
untuk lari tanpa menunggu fajar menyingsing
maupun ayam berkokok tiga kali

(240305)


- pasrah -

berduyun-duyun yang datang, merengek dan mengadu
berjajar di keramaian sambil terus menunggu
untuk melupakan kesalahan yang seribu

tapi layaknya toko, semakin malam pengunjung makin sedikit
sampai akhirnya satu-persatu pulang beradu

maka kini pun aku duduk terdiam dan menunggu
sampai Engkau hadir memusnahkan sejuta rindu
sampai Engkau melepaskan semua beban membelenggu
dan menggantinya dengan hadirnya diriMu

maka aku pasrah dan menyerahkan tanganku
ke mana Engkau membawaku, ke situ aku ikut

in te Domine speravi
non confundar in aeternum

(kepadaMu Tuhan, kami berserah
takkan kami kecewa untuk selamanya)

(170305)

Tentang penulis:
Stevanus Michael Wicaksono, senang menulis puisi dengan nama [ ste ], lahir di Salatiga tahun 1983. Lulusan Fakultas Kedokteran UNS, S2 dalam bidang Kosmetologi di RRC. Senang menulis puisi sejak masa SMP, karena membaca karya-karya penyair hebat Indonesia, Chairil Anwar.
0 komentar:

Followers


Daftar Favorit